Wisuda ke-12 STMIK Bandung Bali: Kukuhkan Lulusan Baru dan Teken MoU Strategis dengan PT GEB serta Asosiasi Tiongkok

Arahnesia.ID – Udara pagi di area Taman Prakerti Bhuana Gianyar terasa sangat menyejukan bagi 28 Wisudawan STMIK Bandung Bali yang berkumpul dengan toga lengkap. Wajah-wajah tegang namun penuh harap itu bukan hanya milik mereka, tetapi juga terpancar dari para orang tua yang ikut serta mendampingi putra-putri nya,

Sabtu, 6 Desember 2025 ini bukan sekadar seremoni pemindahan tali toga. Bagi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Bandung Bali, Wisuda ke-12 ini adalah sebuah milestone atau tonggak sejarah baru. Di tengah prosesi akademik yang khidmat, kampus berbasis teknologi ini tidak hanya melepas lulusan terbaik mereka, tetapi juga membuka gerbang global melalui penandatanganan kerja sama strategis internasional yang akan mengubah peta jalan pendidikan vokasi dan teknologi di Bali.

Sebanyak 28 lulusan resmi dikukuhkan hari itu, terdiri dari 9 sarjana Teknik Informatika dan 19 sarjana Sistem Informasi. Jumlah ini mungkin terlihat eksklusif, namun seperti pepatah lama, kualitas seringkali berbicara lebih lantang daripada kuantitas. Terlebih lagi, wisuda kali ini dihadiri oleh deretan tokoh penting yang menyiratkan betapa seriusnya STMIK Bandung Bali menatap masa depan.

Foto bersama Yayasan STMIK Bandung Bali beserta Jajaran dan Tamu Undangan

Hadir di barisan kursi kehormatan adalah Kepala LLDIKTI Wilayah VIII, Dr. Ir Gusti Lanang Bagus Eratodi, ST., MT, dan Kepala Aptisi Wilayah VIII A, Prof. Dr. Drs. I Made Suarta, S.H., M.Hum. Namun, yang membuat atmosfer wisuda ini terasa lebih “internasional” adalah kehadiran Mr. Hu Haibin, Ph.D, pimpinan Asosiasi China-Indonesia Cultural and Educational, serta para petinggi dari raksasa industri energi, PT General Energi Bali (GEB), yakni Mr. Yang Jiejun dan Mr. Liu Chuanhe.

Salah satu sorotan utama dalam acara ini adalah Orasi Ilmiah yang disampaikan oleh Hu Haibin, B.Eng., M.Ec., MBA., Ph.D. Dengan tajuk “China–Indonesia Industry Education Integration”, orasi ini bukan sekadar pidato akademis, melainkan sebuah paparan data dan visi strategis yang menggugah kesadaran tentang betapa mendesaknya integrasi antara dunia pendidikan dan kebutuhan industri di era digital.

Pemberian Cindera mata oleh Ketua STMIK Bandung Bali kepada Mr. Hu Haibin setelah Orasi Ilmiah

Dalam presentasinya, Hu Haibin memaparkan bahwa saat ini hubungan Indonesia dan Tiongkok sedang berada dalam fase “Jendela Emas” atau golden window of opportunity. Hal ini didorong oleh keselarasan kebijakan kedua negara. Di satu sisi, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan baru gencar melakukan reformasi pendidikan vokasi (Vokasi Reform) yang menekankan pada konsep “Link & Match” atau penyelarasan mendalam antara kurikulum pendidikan dengan kebutuhan industri. Di sisi lain, pemerintah Tiongkok sejak tahun 2019 telah mendorong institusi pendidikan vokasi mereka untuk “Go Global” atau Vocational education going global , serta mendukung proyek-proyek investasi luar negeri melalui inisiatif Belt and Road.

Baca Juga  Tingkatkan Kompetensi Akademik, Ratusan Dosen dan Mahasiswa UNIPAS Ikuti Workshop Pemanfaatan AI untuk Karya Ilmiah

Haibin menjelaskan bahwa pertemuan antara tingginya permintaan dari Indonesia dan kuatnya dorongan suplai dari Tiongkok membentuk peluang kerja sama yang besar dan terjadi secara alami.

Namun, peluang ini hadir bukan tanpa tantangan. Haibin secara terbuka menyoroti apa yang disebutnya sebagai “Dilema Talenta” atau Talent Dilemma yang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan Tiongkok yang berinvestasi di Indonesia. Berdasarkan data yang dipaparkannya, perusahaan-perusahaan ini memiliki keinginan kuat untuk berinvestasi dan bekerja sama, namun seringkali terbentur tembok tebal berupa kekurangan tenaga kerja terampil.

Lebih spesifik, tantangan yang dihadapi di lapangan meliputi kekurangan tenaga kerja yang memahami bahasa Mandarin (baik teknisi maupun penerjemah) , kurangnya tenaga manajemen lokal di level menengah ke atas , serta pembatasan jumlah tenaga kerja asing yang mewajibkan perusahaan melakukan lokalisasi tenaga kerja secepat mungkin. Hal ini semakin pelik pada industri-industri baru yang membutuhkan spesialisasi khusus, seperti industri baterai dan metalurgi, di mana talenta yang matang masih sangat langka.

Menjawab tantangan tersebut, STMIK Bandung Bali mengambil langkah taktis. Di tengah acara wisuda, dilakukan Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara pihak kampus dengan China-Indonesia Cultural and Education Exchange Association (CICEEA) dan PT. General Energi Bali (GEB).

Penandatanganan MoU antara STMIK Bandung Bali dengan China-Indonesia Cultural and Education Exchange Association (CICEEA) dan PT. General Energi Bali (GEB).

MoU ini bukan sekadar kertas kerja sama. Mengacu pada model yang dipaparkan Hu Haibin, kerja sama ini mencakup skema “Tripartit” yang melibatkan perguruan tinggi Tiongkok, institusi pendidikan Indonesia (STMIK Bandung Bali), dan perusahaan Tiongkok (seperti PT GEB)

Poin-poin kerja sama ini sangat komprehensif. salahsatunya, mencakup peningkatan kompetensi mahasiswa melalui kurikulum yang disesuaikan dengan standar industri atau “customized training”. Dalam skema ini, perusahaan mengajukan kebutuhan posisi spesifik (seperti operator, mekanik, atau teknisi IT), kemudian materi kurikulum dan skema pelatihan dari institusi mitra di Tiongkok diadaptasi ke dalam pembelajaran di STMIK Bandung Bali.

Hu Haibin memberikan contoh sukses dari model ini yang telah dijalankan asosiasinya di tempat lain. Misalnya, pada Mei 2025 lalu, CICEEA menggelar bursa kerja khusus perusahaan Tiongkok di Universitas Sumatera Utara (USU) yang diikuti oleh 25 perusahaan besar dengan menyediakan 750 lowongan kerja dan dihadiri lebih dari 3.000 mahasiswa. Kesuksesan serupa juga terjadi di Politeknik Negeri Medan pada Oktober 2025, di mana 9 perusahaan Tiongkok menawarkan 195 posisi pekerjaan.

Baca Juga  Kupas Tuntas Strategi Lolos Hibah Penelitian DPPM 2026 Bersama Prof. Muji Setiyo dan Diktilitbang Muhammadiyah

Bagi lulusan STMIK Bandung Bali, ini berarti terbukanya pintu karier ke perusahaan multinasional yang menawarkan remunerasi kompetitif dan jenjang karier global.

Meski teknologi dan kerja sama internasional menjadi sorotan, STMIK Bandung Bali tidak melupakan akarnya. Dalam pidatonya yang menyentuh hati, Ketua STMIK Bandung Bali menekankan bahwa kecerdasan buatan dan algoritma canggih tidak akan pernah bisa menggantikan karakter manusia.

“Hari ini saya ingin mengajak kita kembali pada nilai luhur Catur Guru: Guru Swadyaya, Guru Wisesa, Guru Pengajian, dan Guru Rupaka,” ujarnya di hadapan para wisudawan.

Ia menguraikan filosofi tersebut dengan indah. Guru Swadyaya (Tuhan) mengajarkan rasa syukur yang menjadi kekuatan saat manusia hampir menyerah. Guru Wisesa (Pemerintah) mengajarkan ketaatan pada aturan sebagai fondasi kemajuan. Guru Pengajian (Dosen/Guru) memberikan bimbingan ilmu pengetahuan. Namun, penekanan emosional terbesar diberikan pada Guru Rupaka, yaitu orang tua.

“Untuk menjadi manusia sukses, sesungguhnya hanya ada dua hal yang harus dijaga, perilaku yang baik dan pola pikir yang benar. Dengan keduanya, pintu kesempatan akan terbuka satu per satu”. ucap Ketua STMIK Bandung Bali.

Di era disrupsi teknologi di mana soft skill dan integritas semakin dicari, pesan tentang Catur Guru ini menjadi penyeimbang spiritual bagi para ahli IT muda yang akan segera terjun ke dunia yang serba digital.

***

Momen haru berlanjut ketika I Putu Wira Adi Gunawan, lulusan terbaik dari program studi Teknik Informatika dengan IPK 3.66, naik ke mimbar mewakili rekan-rekannya. Bersanding dengan prestasi Pande Komang Dewi Cahyani dari Sistem Informasi yang meraih IPK  3.77, Wira menjadi simbol keberhasilan akademik angkatan ini.

Penghargaan Lulusan Tebaik Wisuda ke 12 STMIK Bandung Bali

Dalam pidato perpisahannya, Wira tidak berbicara tentang kode pemrograman atau kompleksitas algoritma, melainkan tentang perjalanan rasa. “Berdiri di sini hari ini membuat saya kembali mengingat perjalanan panjang yang telah kita lalui. Ketika pertama memasuki STMIK Bandung Bali, kita datang dengan berbagai rasa—ragu, harapan, dan pertanyaan,” ungkapnya.

Wira menyoroti bahwa hal paling berharga dari masa kuliah bukanlah sekadar skripsi yang telah dijilid rapi, melainkan proses “tumbuh” itu sendiri. Kebersamaan dalam melewati tugas yang menumpuk, revisi yang seakan tiada akhir, hingga tekanan tenggat waktu, semuanya telah membentuk mereka menjadi pribadi yang tangguh.

Baca Juga  Ucapan Hari Anak Sedunia 2025 yang kreatif & penuh makna

“Teman-teman, hari ini bukan penutup perjalanan, melainkan awal dari fase baru kehidupan,” pesan Wira kepada rekan seangkatannya. Ia juga menyampaikan apresiasi mendalam kepada para dosen yang telah menjadi “Guru Pengajian” yang sabar, serta orang tua yang doa-doanya menjadi bahan bakar tak terlihat bagi keberhasilan mereka.

Wisuda ke-12 ini ditutup dengan optimisme tinggi. Kehadiran PT General Energi Bali (GEB) sebagai mitra industri strategis memberikan sinyal kuat bahwa lulusan STMIK Bandung Bali tidak akan dibiarkan “berjalan sendiri” mencari kerja.

Konektivitas dengan industri ini sejalan dengan visi Hu Haibin tentang manfaat kerja sama bagi Indonesia, yaitu untuk mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja asing dan mendongkrak penyerapan tenaga kerja lokal. Sementara bagi perusahaan seperti GEB, kerja sama ini adalah investasi jangka panjang untuk memastikan operasional yang stabil dan efisien melalui ketersediaan tenaga kerja lokal yang kompeten dan memahami budaya setempat.

STMIK Bandung Bali, melalui langkah beraninya menggandeng mitra internasional dan industri raksasa, telah memposisikan dirinya bukan sekadar sebagai menara gading akademik, tetapi sebagai inkubator talenta digital yang siap bersaing. MoU yang ditandatangani hari ini menjanjikan masa depan di mana mahasiswa tidak hanya belajar teori di kelas, tetapi juga terlibat dalam riset bersama, program pertukaran pelajar berskala internasional, hingga sertifikasi kompetensi ganda yang diakui di dua negara.

Saat palu sidang diketuk menutup prosesi wisuda, ada keyakinan baru yang terbangun. Bahwa dari kampus ini, dengan berbekal restu Catur Guru dan kompetensi global, putra-putri Bali siap menjadi pemain utama, bukan penonton, dalam panggung revolusi industri digital dunia.

“Om Santi Santi Santi Om.” Kedamaian menutup acara, namun semangat perjuangan baru saja dimulai bagi 28 wisudawan STMIK Bandung Bali. (*)